Senin, 21 Agustus 2023

Pantun, Warisan Budaya Bangsa (P 13)




Resume ke-13

KBMN Gelombang 29

Waktu: Senin, 24 Juli 2023

Tema: Kaidah Pantun

Moderator: Gina Dewi Septiani, S. Pd., M. Pd.

Narasumber : Miftahul Hadi, S. Pd.



Pertemuan KBMN 29 malam ini telah memasuki pertemuan yang ke-13.

Angka keramat bukan? Hehee. Tenang malam ini materinya yaitu pantun.

Tema pembelajaran malam hari ini mengenai Kaidah Pantun yang akan dipandu oleh moderator Gina Dwi Septiani, S. Pd., M. Pd.

Nara Sumber kita, ahli pantun yaitu Miftahul Hadi, S. Pd. 

Ternyata beliau adalah Guru Penggerak Angkatan 5.

Pantun merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang sudah tak asing lagi bagi kita.

Awal belajar sudah di buka dengan pantun, simak saja pantun narasumber Berikut ini:


Biji selasih di pohon angsana

Pokok Bidara berbuah kuini

Terimakasih kepada Bu Gina

Membuka acara malam ini



Banjir kanal jembatan patah,

Jatuh ke semak di pinggir kali,

Salam kenal saya mas Miftah,

Dari Demak berjuluk kota wali.


Mendengar pantun kalau tidak pakai cakep kurang seru memang, hehee

Selalu bila kita mendengar pantun yang terbayang adalah Opie kumis atau Sapri. Hehee


Pantun ada asal muasalnya lho...

Dikutip dari Suseno (2006), di Tapanuli pantun dikenal dengan istilah ende-endeende-ende, contoh:

Molo mandurung ho dipabu

Tampul si mardulang-dulang

Molo mulungan ho diahu

Tatap siru mondang bulan



Artinya:

Jika tuan mencari paku

Petiklah daun si dulang-dulang

Jika tuan rindukan daku

Pandanglah sang bulan purnama


Di tanah Sunda, istilah pantun dikenal dengan nama paparikan.


Contoh:

Sing getol nginam jajamu,

Ambeh jadi kuat urat,

Sing getol naengan elmu,

Gunana dunya akhirat.





Artinya:

Rajinlah minum jamu,

Agar kuatlah urat,

Rajinlah menuntut ilmu,

Berguna bagi dunia akhirat.


Sedangkan pada masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan sebutan parikan.

Contoh:

Kabeh-kabeh gelung konde,

Kang endi kang gelung Jawa,

Kabeh-kabeh ana kang duwe,

Kang endi sing durung ana.



Artinya:

Semua bergelung konde,

Manakah yang gelung Jawa,

Semua telah ada yang punya,

Mana yang belum dipunya.



B. Sejarah Pantun

Pantun ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda secara nasional pada tahun 2014. 

Pada tanggal 17 Desember 2020 UNESCO menetapkan pantun sebagai warisan budaya tak benda pada sesi ke 15 intergovernmental comittee for the safeguarding of the intangible cultural heritage.

Sebagai warisan budaya tak benda bangsa kita, pantun harus dikaji, dan ditulis agar pantun tetap lestari.


C. Definisi Pantun

Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. 

Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)

Berbeda dengan pendapat Mu'jiah (2019) yang menyatakan bahwa pantun Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. 

Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika.

Pantun termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar 2020)

Ternyata dari asal katanya saja tidak sembarangan. Pantun penuh etika dan sopan santun.


D. Peranan dan Fungsi Pantun

1. Pantun digunakan dalam sambutan pidato, menyatakan perasaan, lirik lagu, perkenalan maupun berceramah/dakwah.

2. Sebagai alat pemelihara bahasa dalam menjaga fungsi kata dan kemampuan alur berfikir.

3. Melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.

4. Dapat menunjukkan kecepatan berpikir dan bermain kata.

5. Alat penguat penyampaian pesan



E. Ciri-ciri Pantun

1. Satu bait terdiri atas empat baris

2. Satu baris terdiri atas 4-5 kata

3. Satu baris terdiri atas 8-12 suku kata

4. Bersajak a-b-a-b

5. Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang

6. Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud Pantun


Pantun memiliki sajak a-b-a-b serta antara sampiran dan isi tidak memiliki hubungan sebab akibat. 

Berbeda dengan syair yang memiliki sajak a-a-a-a serta keempat barisnya saling berhubungan.


Contoh syair:

Ke sekolah janganlah malas

Belajar rajin di dalam kelas

Jaga sikap janganlah culas

Agar hati tak jadi keras



Pada syair tersebut keempat barisnya bersajak -as, dan keempat barisnya saling berhubungan.

Sedangkan gurindam terdiri dari dua baris yang bersajak a-a, baris pertama dan kedua merupakan sebab akibat yang memiliki keterikatan.

Contoh gurindam:

Jika selalu berdoa berdzikir

Ringan melangkah jernih berpikir


G. Tips mudah membuat pantun

Sahabat blogger yang masih kesulitan membuat pantun, berikut tips yang diberikan oleh narasumber kita agar mudah membuat pantun.

1. Kenali dan pahami ciri-ciri pantun

2. Kuasai perbendaharaan kata, agar mudah dalam membuat rima.

Jika kita kesulitan dalam mencari rima, kita dapat browsing melalui kuncitts.com

3. Tulis baris ke tiga dan keempat terlebih dahulu.

Pesan dari narasumber malam ini

Fokus pada satu hal yang dikuasai.
Teruslah berkarya,
berdedikasi
dan menginspirasi.

Di buka dengan pantun di akhiri juga dengan pantun. Ini pantun penutup dari narasumber: 

Biji selasih jangan dimakan,
Batang tebu akar seruntun,
Terimakasih saya ucapkan,
Bapak ibu kelas kaidah pantun.

Pergi berkelah menjaja katun,
Saudagar Arab di tengah pekan,
Segala madah telah disusun,
Salah dan khilaf mohon dimaafkan.

"Masya Allah, izinkan saya memberikan pantun juga" moderator tak mau kalah.

Bersama Asih membeli ikan
Ikan Mas Kesukaan Iwan
Terima kasih saya ucapkan
Untuk Mas Miftah yang menawan

Ternyata pantun banyak aturannya yang baik, tidak seperti pantun yang ada di TV.

Atau penulis dalam keseharian di Jakarta ada hal yang juga berbeda.

Di masyarakat Betawi ada tradisi berbalas pantun, bahkan untuk anak-anak remaja dalam permainan.

Semoga pantun sebagai budaya bangsa dapat terus lestari.

Salam semangat teman-teman KBMN-29!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serunya Menulis Buku Cerita Digital (16)

Resume ke : 16 Gelombang : 29 Hari / Tanggal : Senin, 31 Juli 2023 Tema : Menulis Buku Cerita Digital  Narasumber : Raliyanti, S. Sos, M. Pd...